Debat calon wakil presiden: Gibran janji lanjutkan program strategis Jokowi
2023.12.22
Jakarta
Gibran Rakabuming Raka dalam debat calon wakil presiden pada Jumat (22/12) mengatakan jika terpilih dia akan melanjutkan program-program strategis yang diinisiasi ayahnya, Presiden Joko "Jokowi" Widodo, dan mendorong pengembangan digitalisasi di berbagai sektor.
Program strategis tersebut antara lain pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan hilirisasi bahan baku seperti nikel untuk meningkatkan nilai tambahnya dan menunjang pertumbuhan ekonomi.
“Terbukti, dengan adanya program hilirisasi tambang, terdapat peningkatan nilai tambah yang cukup signifikan,” kata Gibran.
Debat calon wakil presiden yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum berfokus pada isu ekonomi keuangan, investasi pajak, perdagangan, pengelolaan anggaran, infrastruktur, dan perkotaan.
Gibran menargetkan beberapa keahlian pada sektor keuangan digital kepada generasi muda, bidang kripto, artificial intelligence (AI), ahli robotika dan perbankan syariah.
“Kita harus punya bakat masa depan dengan keahlian masa depan, untuk itu hilirisasi digital akan kita genjot, kita akan siapkan anak muda yang ahli AI, ahli blockchain, ahli robotika, ahli perbankan syariah, anak muda ahli kripto,” kata Gibran.
Indonesia, kata Gibran, harus mampu keluar dari middle income trap (jebakan pendapatan menengah) dengan program hilirisasi, di tengah gempuran resesi global, perang dagang, dan konflik geopolitik.
Menurut dia, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berada di 5 persen, menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkualitas ditandai dengan berkurangnya pengangguran, kemiskinan, ketimpangan, serta terkendalinya inflasi.
Gibran, 36, mengadu gagasan ekonomi dan infrastruktur dengan dua kandidat lainnya, yaitu Muhaimin Iskandar, 56, dan Mohammad Mahfud MD, 66.
Saling serang
Pada forum tersebut Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD mengkritik visi dan misi Gibran soal pembangunan IKN. Muhaimin mempertanyakan urgensi pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Sementara itu Mahfud menyanggah klaim Gibran bahwa hanya 20 persen biaya pembangunan IKN yang menggunakan anggaran negara, sisanya oleh investor dalam dan luar negeri.
Mahfud mengatakan, hingga saat ini belum ada satu pun investasi asing di proyek IKN.
Gibran menanggapi Muhaimin dengan menegaskan bahwa pembangunan IKN Nusantara itu bukan semata memindahkan kantor pemerintahan tapi juga transformasi ekonomi dan pemerataan penduduk.
“Cak Imin (Muhaimin) dulu sempat ikut meresmikan dan potong tumpeng di IKN. Kok gak konsisten, dulu dukung, sekarang gak dukung hanya karena menjadi cawapresnya pak Anies Baswedan yang mengusung perubahan,” kata Gibran.
Sementara Gibran menanggapi kritik Mahfud MD dengan mengatakan bahwa setidaknya beberapa korporasi swasta sudah berkomitmen untuk menanamkan modalnya di IKN sementara investor asing masih memantau perkembangan politik di Indonesia sebelum memutuskan investasi.
“Investor sudah banyak yang masuk, Mayapada, Agung Sedayu, dan nanti akan tambah lagi setelah pemilu, karena mereka akan wait and see melihat stabilitas politik di Indonesia, kata Gibran kepada Mahfud.
Gibran pada gilirannya juga mengajukan pertanyaan soal regulasi carbon capture and storage kepada Mahfud MD.
Menteri Koordinator Bidang Hukum dan Keamanan tersebut, yang terkesan tidak familiar dengan istilah yang ditanyakan Gibran tersebut, menjawab bahwa setiap regulasi dibuat secara bertahap dimulai dari naskah akademik.
Merasa pertanyaannya belum dijawab, Gibran pun kembali mengejar. “Pertanyaan saya belum dijawab. Apa regulasinya untuk carbon capture and storage?,” kata Gibran kepada Mahfud.
Mahfud pun mengatakan bahwa dalam membuat hukum harus mengetahui masalahnya terlebih dahulu. “Kalau Anda ditanya tentang regulasi tentang antariksa pasti juga tidak tahu,” kata Mahfud.
Gibran juga memberikan pertanyaan "menjebak" serupa kepada Muhaimin, tentang bagaimana menaikkan peringkat Indonesia di SGIE — tanpa menyebutkan kepanjangannya.
Gibran baru menyebutkan kepanjangan SGIE, yakni state of global islamic economy, setelah ditanya Muhaimin.
Gagasan Gibran ditunggu-tunggu
Novri Susan, sosiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya mengatakan gagasan Gibran ditunggu-tunggu masyarakat, karena kemunculannya sebagai kandidat dalam Pilpres 2024 diiringi pro dan kontra, terutama setelah putusan Mahkamah Konstitusi.
“Debat calon wakil presiden ini sebenarnya lebih seru dari debat sebelumnya, karena fenomena Gibran. Bagi sebagian orang kemunculan dia bermasalah, sehingga masyarakat menunggu kira-kira gagasan dia seperti apa,” ujar Novri kepada BenarNews.
Gibran, kata Novri, mempunyai pengalaman ekonomi sebagai pengusaha yang sejak usia muda dia sudah bergerak di industri digital maupun sektor riil. Menurut Novri, seseorang yang sudah bersentuhan dengan dunia industri riil, memiliki pengalaman yang bisa dijadikan teori.
“Ditambah, dia ini adalah generasi digital. Kombinasi ini yang tidak dipunyai oleh Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD. Misalnya, Pak Mahfud dan Cak Imin tidak kenal dunia kripto, Gibran ini bahkan mungkin sudah investasi kripto sejak lama,” ujar dia.
Gibran mengekspresikan gagasannya dari perspektif ekonomi-bisnis, sementara Muhaimin memaparkan idenya dari sudut pandang politik, dan Mahfud MD memfokuskan pada hukum-ekonomi dalam menjabarkan pandangannya, kata ekonom dari Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati.
“Masing-masing menguasai ekonomi dari latar belakang ilmunya, kata Ninasapti kepada BenarNews, seraya menambahkan bahwa gagasan-gagasan dari ketiga kandidat tersebut masih bersifat umum.
Peneliti Populis Centre Usep Syaiful Akhyar mengatakan bahwa Gibran sepertinya membawa gagasan untuk melanjutkan program-program pemerintah, seperti hilirisasi, infrastruktur, Indonesia sentris secara lebih detail dan konkret.
Menurut dia, akan ada efek elektoral dari masing-masing penampilan peserta debat, terutama bagi swing voters (pemilih bimbang), undecided voters (belum menentukan pilihan) dan mereka yang masih penasaran terhadap penampilan debat cawapres, tetapi jumlahnya tidak begitu banyak.
Penampilan Gibran, kata Usep memang ditunggu banyak pihak, karena dialah satu-satunya kandidat yang belum dikenal kapasitas debatnya.
“Gibran terlihat cukup matang persiapannya. Pemilih yang disasar oleh narasi Gibran juga cukup jelas, yaitu para pendukung Jokowi di 2019 dan anak-anak muda,” ujar dia.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Gibran cukup mengejutkan dalam debat cawapres, bahkan cenderung menggurui Mahfud MD dan Muhaimin.
“Memang paparan yang dia sampaikan cukup bagus dari sisi argumen, tapi jika diperhatikan justru Gibran terkesan memaksakan pernyataannya dan tidak fokus. Misal saja dia bicara soal investasi IKN, sementara Mahfud MD meluruskan investor di IKN baru sekedar janji, belum implementasi,” kata Dedi kepada BenarNews.
Dedi menilai Gibran mungkin juga tidak memahami apa yang dia bicarakan, serta terkesan menghafal ketika menyebut ICOR (incremental capital-output ratio) dengan satuan persentase.
“Muhaimin sebenarnya dalam situasi yang baik, dia tidak berlebihan dalam mengutarakan visi misi, dan apa yang disampaikan Muhaimin ini justru yang lebih praktis, kata Dedi.
Secara umum, kata dia, Mahfud jauh lebih unggul yang dengan jelas membawa misi pertumbuhan ekonomi melalui pemberantasan korupsi sesuai realitas.
Lalu, lanjut dia, Muhaimin sedikit di bawah Mahfud karena kelemahan kurang memberikan kedalaman gagasan, dan belum cukup berani dan tegas dalam paparan debat.
“Gibran hanya bagus dalam hal pemaparan dan provokasi, dari sisi substansi justru jauh panggang dari api,” kata Dedi.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjajaran Yayan Satyaki menilai Mahfud MD, lebih tepat waktu, dan sangat relevan antara kepakaran dengan isu ekonomi saat ini, yaitu korupsi dan economic inefficiency.
“Gibran, tepat waktu, sangat textbook dan menjadi pelajar yang baik, walaupun pesan yang akan disampaikan terlalu luas, kata Yayan kepada BenarNews.
Sementara Muhaimin, kata Yayan, sangat disayangkan kurang dapat mengatur waktu, walaupun memiliki kemampuan menyampaikan pesan yang baik, tapi eksekusi argumen tidak tersampaikan.