Korban tewas akibat ledakan smelter nikel milik perusahaan China bertambah jadi 18 orang
2023.12.26
Palu
Korban tewas akibat ledakan di pabrik peleburan nikel milik China di Sulawesi Tengah bertambah menjadi 18 orang, dan 44 lainnya terluka, kata juru bicara perusahaan pada Selasa (26/12).
Ledakan di pabrik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kabupaten Morowali pada Minggu pagi menewaskan 10 pekerja Indonesia dan delapan pekerja China, menurut Dedy Kurniawan, juru bicara kompleks kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
“Hari ini ada tambahan dua korban jiwa – satu TKI (tenaga kerja Indonesia) dan satu TKA (tenaga kerja asing). Jadi total korban jiwa sudah 18 orang per hari ini,” kata Dedy kepada BenarNews. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan, kata dia.
Dia mengatakan pada Minggu bahwa penyelidikan awal menunjukkan bahwa residu logam cair, atau kerak, bocor dari tungku peleburan dan bersentuhan dengan bahan yang mudah terbakar, yang menyebabkan dinding tungku runtuh dan kemudian terjadi ledakan.
Insiden ini merupakan yang terbaru dari serangkaian kecelakaan yang menimbulkan kekhawatiran keselamatan di area pengolahan nikel terbesar di Indonesia.
IMIP, tempat fasilitas tersebut berada, merupakan perusahaan patungan antara Tsingshan Steel Group asal China dan Grup Bintang Delapan di Indonesia.
Menurut data IMIP yang dipublikasi pada Juni, kawasan terpadu berbasis nikel tersebut mempunyai luasan areal sekitar 3.000 hektare dan akan dikembangkan menjadi dua kali lipatnya, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 81.000 orang, termasuk 10.000 pekerja asal China.
Lebih dari 30 pekerja tewas di dua pabrik nikel yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh China di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara dari tahun 2019 hingga 2023, dengan 20 kematian terjadi di IMIP, menurut Muhammad Taufik, direktur Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Sulawesi Tengah.
Markas Besar Kepolisian RI dan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah menerjunkan penyidik spesialis forensik dan tenaga medis untuk menyelidiki penyebab ledakan tempat kejadian perkara pada Senin, kata Kapolda Sulawesi Tengah Inspektur Jenderal Agus Nugroho.
“Untuk memudahkan penyidikan, pabrik akan ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan, sambil menunggu hasilnya,” kata Agus kepada BenarNews.
Tim terpisah yang terdiri dari perwakilan Kementerian Tenaga Kerja, Kedutaan Besar China, dan pakar industri juga sedang melakukan penyelidikan, kata Arnold Firdaus, kepala dinas tenaga kerja Sulawesi Tengah.
“Insya Allah dalam beberapa hari kita akan mendapatkan hasil yang lengkap. Tim sedang bekerja keras,” tambahnya.
Arnold memperingatkan agar tidak menyimpulkan terlalu dini mengenai penyebabnya, meskipun spekulasi berpusat pada kesalahan manusia.
Dia mengatakan para penyelidik fokus pada tiga bidang utama: lingkungan tempat kerja, tindakan pekerja, dan kerusakan peralatan.
Arnold mengakui kerentanan industri terhadap kecelakaan namun mengatakan “langkah-langkah kesehatan dan keselamatan kerja yang kuat” diterapkan di kompleks industri dan dipantau secara teratur.
Dia menyerukan kerja sama lintas sektor untuk mengatasi tantangan keselamatan pekerja di industri nikel. “Kita harus mengatasi tidak hanya kelemahan teknis tetapi juga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kesalahan manusia.”
Ferdy Hasiman, peneliti pertambangan di Alpha Research Database Indonesia, mengatakan perusahaan-perusahaan China di industri nikel sering kali tidak transparan dalam operasionalnya.
“Kami tidak tahu teknologi apa yang mereka gunakan, atau bagaimana prosedur keselamatannya. Mereka sangat tertutup,” kata Ferdy.
Ferdy mendesak pelaku industri dan pemerintah menuntut transparansi dari perusahaan.
“Saya tidak bisa menganalisis situasi di Morowali karena saya tidak pernah diizinkan masuk, tidak seperti perusahaan pertambangan lain…yang terkenal dengan standar prosedur operasi dan mitigasi risiko yang ketat,” katanya.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yang sangat penting untuk baterai kendaraan listrik, dan ingin menjadi pemimpin global dalam produksi nikel.
Dalam pidatonya di Universitas Georgetown selama kunjungannya ke AS pada bulan November, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyatakan industri nikel di Indonesia berorientasi memajukan ekonomi hijau.
Namun kekhawatiran mengenai praktik lingkungan hidup dan keselamatan serta kondisi kerja telah menghambat industri nikel di Tanah Air, di mana China adalah investor besarnya.
Investasi China masuk melalui transfer teknologi, membantu menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan infrastruktur lokal. Namun laporan dari Paramadina Public Policy Institute, menggambarkan degradasi lingkungan, konflik sosial, dan persaingan tidak sehat sebagai akibat dari investasi tersebut.
China juga mendanai proyek-proyek di Indonesia sebagai bagian dari Belt and Road Initiative Inisiatif, program pembangunan infrastruktur negara Tirai Bambu itu di seluruh dunia.
Pada tahun 2022, Indonesia memiliki lebih dari 42.000 pekerja China, yang mencakup sekitar 44% dari seluruh ekspatriat di negara ini, menurut Kementerian Tenaga Kerja Indonesia.