Parrawana, tradisi leluhur masyarakat Mandar sambut Ramadan
2024.03.11
Polewali Mandar
Seperti daerah lainnya, masyarakat suku Mandar di Provinsi Sulawesi Barat, juga mempunyai kebiasaan dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan, yaitu tradisi Parrawana.
Parrawana, pertunjukan musik tradisional dengan menggunakan rebana ini merupakan warisan leluhur masyarakat setempat, yang berasal dari tradisi Islam yang masuk ke daerah tersebut pada abad ke-17 dan dilestarikan hingga kini dengan beberapa modifikasi, menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat.
Parrawana dimainkan oleh anak-anak hingga dewasa, berjumlah sepuluh hingga 15 orang. Durasi permainannya, bisa tiga hingga lima jam tergantung kesepakatan seluruh peserta.
Parrawana ditampilkan pada pesta perkawinan dan pertunjukan tradisi lainnya, seperti mengiringi anak-anak yang khatam membaca Alquran, musik penghibur perayaan Maulid Nabi Muhammad, hingga penyucian diri sebelum puasa sebulan penuh di bulan Ramadan.
Inilah yang dilakukan oleh masyarakat Mandar di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, pada Minggu (10/3) malam.
Selepas menunaikan salat Isya berjamaah di masjid, anak-anak melakukan pawai obor keliling kampung untuk mengundang warga mengikuti pertunjukan Parrawana, yang akan dilakukan di salah satu rumah panggung yang telah dihiasi dengan pelbagai aksesoris.
Masyarakat Mandar meyakini setelah bermain atau menyaksikan Parrawana, mereka akan mendapatkan kekuatan dalam melawan hawa nafsu, khususnya menahan lapar dan haus saat menjalankan ibadah puasa yang dimulai pada Selasa (12/3).
Dalam Parrawana ditampilkan kuayang yang berarti burung jadi-jadian menyerupai manusia, yang menjadi simbol setan yang menggoda manusia melakukan hal-hal buruk.
Di akhir pertunjukan, kuayang dibunuh dengan cara ditembak menggunakan "senjata api" oleh "pemburu". Matinya kuayang, menandai tidak akan ada setan yang mengganggu ibadah Ramadan di Tanah Mandar.