Parrawana, tradisi leluhur masyarakat Mandar sambut Ramadan

Tradisi Islam ini diyakini telah masuk ke Sulawesi Barat sejak abad ke-17 dan hingga kini tetap dilestarikan.
Taufan Bustan
2024.03.11
Polewali Mandar
Musik rebana

Anak-anak mengikuti pawai obor sebelum pertunjukan Parrawana di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Pawai obor dilakukan untuk mengundang warga kampung meramaikan perhelatan musik tradisional rebana dalam menyambut datangnya Ramadan. [Taufan Bustan/BenarNews]

Rebana

Lima orang anak berada di sebuah rumah panggung menunggu pemain lainnya berkumpul sebelum pertunjukan Parrawana dimulai di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Pertunjukan rebana kali ini khusus dimainkan untuk menyambut datangnya Ramadan. [Taufan Bustan/BenarNews]

Syair indah

Orang dewasa dan anak-anak berbaur pada pertunjukan Parrawana menjelang bulan suci Ramadan di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Saat memainkan musik tradisional rebana, para pemain membuat lingkaran dan mengosongkan bagian tengah agar pakkalindaqdaq yang berarti pelantun syair-syair indah bisa masuk dan memperlihatkan tarian khas serta  memberikan nasihat-nasihat kebaikan. [Taufan Bustan/BenarNews]

Pawai obor

Seorang pakkalindaqdaq yang berarti pelantun syair-syair indah memperlihatkan tarian khas kelompok mereka sambil memegang tamborin sebelum memberikan nasihat kebaikan pada pertunjukkan Parrawana menjelang bulan suci Ramadan di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Pakkalindaqdaq menjadi pemain yang penting ditampilkan pada Parrawana. Tanpa pakkalindaqdaq, Parrawana tidak bermakna, karena nasihat-nasihat kebaikan yang dilontarkan pakkalindaqdaq adalah nyawa dari pertunjukkan Parrawana. [Taufan Bustan/BenarNews]

Musik rebana

Ketua kelompok musik rebana Siamasei, Pua Bajang, membawakan beberapa pantun pada awal pertunjukan Parrawana menjelang bulan suci Ramadan di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Meski dihadapkan dengan pelbagai musik modern, namun musik rebana di Tanah Mandar terus berkembang. Itu terbukti setelah banyaknya kelompok musik rebana lahir. Bahkan menjalarnya kelompok musik rebana di masyarakat Polewali Mandar tidak kurang 70-an kelompok yang aktif dan eksis hingga kini. [Taufan Bustan/BenarNews]

Nasihat kebaikan

Seorang penonton memberikan saweran berupa uang tunai kepada anak yang menjadi pakkalindaqdaq yang berarti pelantun syair-syair indah pada pertunjukkan Parrawana menjelang bulan suci Ramadan di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Umumnya warga yang menyaksikan Parrawana memberikan saweran uang kepada para pemain sebagai simbol penghargaan, karena di setiap pertunjukan pemain Parrawana tidak menerima bayaran. [Taufan Bustan/BenarNews]

Tradisi Islam

Seorang pemain yang bertindak sebagai pemburu menembak kuayang menggunakan "senjata api" yang terbuat dari kayu pada pertunjukan Parrawana menjelang bulan suci Ramadan di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Penampilan kuayang dalam Parrawana sebagai pelengkap pertunjukan, namun bisa menambah kemeriahan Parrawana. [Taufan Bustan/BenarNews]

Musik rebana

Ketua kelompok musik rebana Siamasei, Pua Bajang, menyampaikan doa-doa kebaikan di samping jenazah kuayang agar bisa diterima di sisi Allah di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi pada Minggu, 10 Maret 2024. Meski dikisahkan sebagai setan, kuayang tetap diberikan doa kebaikan oleh masyarakat agar bisa mendapat pengampunan. Dalam pertunjukkan Parrawana, kuayang umumnya diperankan oleh orang dewasa yang dilengkapi dengan pakaian khas berwarna hitam kuning dan menyerupai burung. [Taufan Bustan/BenarNews]

Syair indah

Sejumlah warga yang menyaksikan pertunjukan Parrawana tertawa saat seorang pakkalindaqdaq yang berarti pelantun syair-syair indah memperlihatkan tarian khas yang lucu di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada Minggu, 10 Maret 2024. Warga percaya setelah menyaksikan Parrawana bisa memberikan kekuatan agar mereka mampu melawan hawa nafsu, khususnya dalam menahan lapar dan haus di saat menjalankan ibadah puasa. [Taufan Bustan/BenarNews]

Seperti daerah lainnya, masyarakat suku Mandar di Provinsi Sulawesi Barat, juga mempunyai kebiasaan dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan, yaitu tradisi Parrawana.

Parrawana, pertunjukan musik tradisional dengan menggunakan rebana ini merupakan warisan leluhur masyarakat setempat, yang berasal dari tradisi Islam yang masuk ke daerah tersebut pada abad ke-17 dan dilestarikan hingga kini dengan beberapa modifikasi, menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Barat.

Parrawana dimainkan oleh anak-anak hingga dewasa, berjumlah sepuluh hingga 15 orang. Durasi permainannya, bisa tiga hingga lima jam tergantung kesepakatan seluruh peserta.

Parrawana ditampilkan pada pesta perkawinan dan pertunjukan tradisi lainnya, seperti mengiringi anak-anak yang khatam membaca Alquran, musik penghibur perayaan Maulid Nabi Muhammad, hingga penyucian diri sebelum puasa sebulan penuh di bulan Ramadan.

Inilah yang dilakukan oleh masyarakat Mandar di Dusun Lakmase, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, pada Minggu (10/3) malam.

Selepas menunaikan salat Isya berjamaah di masjid, anak-anak melakukan pawai obor keliling kampung untuk mengundang warga mengikuti pertunjukan Parrawana, yang akan dilakukan di salah satu rumah panggung yang telah dihiasi dengan pelbagai aksesoris.

Masyarakat Mandar meyakini setelah bermain atau menyaksikan Parrawana, mereka akan mendapatkan kekuatan dalam melawan hawa nafsu, khususnya menahan lapar dan haus saat menjalankan ibadah puasa yang dimulai pada Selasa (12/3).

Dalam Parrawana ditampilkan kuayang yang berarti burung jadi-jadian menyerupai manusia, yang menjadi simbol setan yang menggoda manusia melakukan hal-hal buruk.

Di akhir pertunjukan, kuayang dibunuh dengan cara ditembak menggunakan "senjata api" oleh "pemburu". Matinya kuayang, menandai tidak akan ada setan yang mengganggu ibadah Ramadan di Tanah Mandar.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.